BANJARMASIN – Tensi dinamika politik jelang pemungutan suara ulang (PSU) Pilgub Kalimantan Selatan (Kalsel) semakin tinggi. Walau dalam peraturan ditetapkan tak ada lagi kegiatan kampanye dalam bentuk apa pun, di media sosial (medsos) aktifitas kampanye dalam berbagai bentuk justru semakin intens.
Ironisnya, banyak bentuk kampanye di medsos berisi konten yang mengandung unsur tuduhan dan fitnah (black campaign) yang dibuat hanya untuk menjatuhkan salah satu paslon.
Salah satunya adalah bagaimana pihak Denny Indrayana dengan intens melalui medsos nya seperti youtube, instagram dan FB melemparkan berbagai tuduhan dan fitnah tidak berdasar ke pihak paslon 01 (Paman Birin) dengan membangun opini seakan-akan Paman Birin berlaku curang dalam kontestasi Pilgub dan PSU Kalsel
Contoh yang paling mutakhir adalah adanya tuduhan dari Denny Indrayana terkait sidak bakul yang dikatakan adanya pembagian bakul di daerah-daerah yang berisi sembako dan dibagikan oleh tim Paman Birin.
Setelah dilakukan penelusuran, bakul yang dijadikan bukti Denny Indrayana ternyata sisa bakul yang dibagikan Paman Birin saat kejadian banjir dan itu bukan di area PSU.
“Ini memang kebiasaan paman Birin sejak dulu. Dan itu duit pribadinya murni bentuk kepedulian sosial paman. Yang anehnya beredar tuduhan dari tim Denny pembagian bakul di daerah PSU oleh Tim Paman”, kata muslim seorang warga Banjar.
Demikian juga tuduhan terhadap adanya sticker “Ayo ke TPS” berbentuk bulat yang dituliskan angka yang menandakan jumlah pemilih di rumah tersebut.
“Kenyataannya di daerah Mataraman ada juga sticker “Ayo ke TPS” yang bentuknya kotak dan gak ada tulisan angka nya. Jangan sampai tim Denny sendiri yang menuliskan angka-angka tersebut”, imbuh tim Paman Birin.
Menanggapi hal tersebut, pangamat politik dari Pusat Kajian Politik dan Kebijakan Publik (PKPK), Muh. Saiful mengatakan strategi yang dilakukan pihak Denny Indrayana adalah bentuk membangunan opini image negatif terhadap lawan.
“Ini memang biasa dilakukan kandidat sebagai bentuk pembangunan opini karena pihak Denny tak punya bahan lain semisal prestasi atau capaian kerja yang layak dibanggakan”, kata Saiful, Minggu (11/4)
Cara kerja semacam ini, lanjut Saiful, adalah cara tak elegan dalam sebuah kontentasi pemilihan pemimpin yang seharusnya mengedepankan prestasi dan kerja nyata yang dilakukan oleh kandidat tersebut.
Saiful menambahkan, gaya pembangunan opini semacam ini sama sekali tak mendidik dan mencerdaskan politik warga.
“Bahkan hanya akan menimbulkan politik pecah belah serta memperbesar konflik horisontal dalam masyarakat karena mengajarkan masyarakat saling membenci. Padahal sejatinya dalam Pilgub masyarakat diajar untuk bisa berpolitik secara cerdas”, katanya.
Dengan begitu, kata Saiful, bisa ditarik kesimpulan awal bahwa opini yang selama ini dibangun oleh pihak paslon Denny Indrayana sama sekali cuma berhenti hanya pada mencari kekurangan pihak lain tanpa mampu menampilkan prestasi yang dicapai.
“Ini sangat menyesatkan dan tidak elegan dalam sebuah pemilihan pemimpin karena masuk dalam kategori menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan”, pungkasnya. (*)