Kabarsiar Barito Kuala – Pemerintah Kabupaten Barito Kuala melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) menggelar Ekspose Antara Kajian Produk Unggulan Daerah (PUD) Tahun 2025, bertempat di Aula Bahalap Setda pada Selasa (8/7/2025).
Kegiatan ini menjadi tonggak penting dalam penyusunan peta jalan ekonomi lokal yang berbasis data akurat, terukur, dan berdampak nyata bagi pembangunan daerah.
Ekspose dipandu oleh Kabid Litbang, Lasiman, MP, dan dibuka secara resmi oleh Kepala Bappedalitbang, Munadi, ST. Dalam sambutannya, Munadi menegaskan bahwa perencanaan pembangunan daerah harus berpijak pada data faktual, bukan sekadar persepsi.
“Langkah perencanaan harus berpijak pada data yang akurat dan mampu menjawab kebutuhan pembangunan daerah,” ujarnya.
Paparan pengantar disampaikan oleh Peneliti Ahli Utama, Dr. Hj. Dewi Merdayanti, MAP, yang menjelaskan pentingnya pendekatan kuantitatif dalam menganalisis sektor unggulan. Hasil utama kajian dipresentasikan oleh Peneliti Madya, Junaidy, M.I.Kom., M.AB, yang menyebut sektor pertanian, kehutanan, perikanan, dan konstruksi sebagai penggerak utama ekonomi Barito Kuala berdasarkan analisis Shift Share, Location Quotient (LQ), dan Dynamic LQ.
Tiga Komoditas Utama yang Diunggulkan:
- Jeruk Siam – Menyumbang 58% dari total produksi provinsi, masuk kategori unggulan.
- Nenas – Mencapai produksi 130.120 ton (97% provinsi), dinilai memiliki potensi hilirisasi sangat tinggi.
- Padi – Meraih produktivitas tertinggi di Kalsel (3,74) dengan nilai relatif 0,89.
Sementara itu, komoditas Bandeng dan Kakap dinilai prospektif. Adapun Sawit dan Daun Bawang direkomendasikan untuk dievaluasi lebih lanjut karena rendahnya nilai tambah ekonominya.
Empat UMKM Unggulan Berdasarkan Skor Produktivitas dan Kesiapan Hilirisasi:
- Tambak Bandeng Tabunganen Pemurus (Skor 820) – Menyerap 115 tenaga kerja dan menjangkau pasar luar daerah.
- Pondok Bahaur Bahagia (Skor 820) – UMKM skala menengah yang siap berkolaborasi hilirisasi.
- Karya Bunda Bersama (Skor 760) – Kelola olahan nenas zero waste oleh 20 perempuan lokal.
- Diang Cafe & RM (Skor 780) – Pelaku kuliner lokal yang siap menerapkan digital marketing.
Ekspose juga memunculkan diskusi lintas perangkat daerah. Kepala Dinas Pertanian menekankan pentingnya validasi data padi untuk mendukung ketahanan pangan. Kepala Dinas Perikanan menyayangkan absennya ikan air tawar dalam daftar unggulan, sementara Dinas Kehutanan menyoroti potensi kayu galam untuk sektor konstruksi.
Dari sisi penguatan kelembagaan, Dinas Koperasi dan Perdagangan mengusulkan penguatan koperasi “Merah Putih” sebagai tulang punggung UMKM produktif di Barito Kuala.
Seluruh kritik dan masukan ditanggapi langsung oleh tim peneliti. Risky Syubhan, M.AB, menjelaskan bahwa klasifikasi komoditas dan sektor dilakukan dengan metode berbasis kontribusi dan produktivitas sektoral yang terukur.
Paparan juga menekankan pentingnya strategi hilirisasi, penguatan kemasan, digitalisasi pemasaran, dan sinergi antar pelaku usaha untuk meningkatkan nilai tambah produk lokal. Pemerintah daerah juga didorong memperluas program koperasi produktif sebagai pengungkit daya saing ekonomi.
Menjelang akhir acara, Peneliti BRIN Ir. Suhandojo, MSi, mengingatkan pentingnya integrasi spasial dan kolaborasi antarsektor dalam dokumen PUD agar roadmap yang disusun benar-benar bersifat inklusif dan berdampak luas.
“Kami ingin memastikan bahwa produk unggulan daerah benar-benar mencerminkan kekuatan ekonomi lokal dan siap bersaing di tingkat regional hingga nasional,” tegas Junaidy.
Ekspose ini menjadi langkah awal penyusunan roadmap pembangunan ekonomi Barito Kuala tahun 2025 yang inklusif, kompetitif, dan berbasis potensi nyata daerah.