Joint Statement Indonesia-AS Jadi Terobosan Baru dalam Hubungan Ekonomi Digital

Kabarsiar Nasional – Indonesia dan Amerika Serikat (AS) resmi menerbitkan Joint Statement Kesepakatan Perdagangan pada 22 Juli 2025 yang menandai fase baru hubungan dagang kedua negara. Melalui kesepakatan ini, tarif perdagangan Indonesia yang sebelumnya mencapai 32% dipangkas menjadi 19%, salah satu yang terendah dibanding negara penyumbang defisit neraca perdagangan AS lainnya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Joint Statement tersebut menjadi landasan politik bagi penyusunan perjanjian dagang yang lebih komprehensif. “Akan ada pembahasan lanjutan terkait detail teknis, termasuk daftar komoditas Indonesia yang bisa mendapatkan tarif lebih rendah mendekati 0%,” ujar Airlangga dalam konferensi pers, Kamis (24/7/2025).

Beberapa komoditas yang diusulkan untuk mendapat tarif lebih ringan adalah kelapa sawit, kopi, kakao, produk agro, mineral, serta komponen pesawat terbang. Selain itu, kesepakatan ini juga mengatur tata kelola data lintas negara. Indonesia diminta menyiapkan protokol cross border data yang memastikan perlindungan data pribadi tetap sesuai Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (PDP).

Airlangga menambahkan bahwa ada 12 perusahaan AS yang sudah membangun pusat data di Indonesia, termasuk Microsoft, Amazon Web Services (AWS), Google, dan Oracle. “Pemindahan data harus dalam kerangka secure and reliable data governance,” tegasnya.

Dalam kesepakatan ini, pemerintah juga memberi fasilitasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) terbatas untuk produk teknologi informasi, pusat data, dan alat kesehatan dari AS, dengan tetap melalui pengawasan impor sesuai aturan. Indonesia juga menyepakati kerja sama industrial commodities, khususnya mineral kritis, dalam bentuk produk hasil olahan bukan barang mentah.

AS berkomitmen mendorong investasi besar di Indonesia, di antaranya pembangunan fasilitas carbon capture and storage (CCS) senilai USD10 miliar oleh ExxonMobil, pusat data Oracle di Batam senilai USD6,5 miliar, investasi Microsoft senilai USD1,7 miliar, pengembangan AI dan cloud Amazon USD5 miliar, serta fasilitas produksi CT scanner oleh GE Healthcare Rp178 miliar.

Airlangga menegaskan bahwa kesepakatan ini penting untuk menjaga keseimbangan perdagangan dan melindungi lapangan kerja nasional. “Jika tarif tetap 32%, sama saja dengan embargo dagang. Itu bisa mengancam satu juta tenaga kerja di sektor padat karya,” jelasnya.

Pemerintah berharap kerja sama perdagangan ini dapat meningkatkan daya saing, inovasi, riset, penguatan ekonomi digital, serta mendorong konektivitas logistik nasional yang lebih efisien.

Berita Populer