Sejak pertengahan Desember 2024, intensitas curah hujan yang meningkat di sejumlah wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel) memberikan dampak negatif, terutama di Kabupaten Tanahlaut (Tala). Di Desa Kurau, Kecamatan Kurau, banyak tanaman padi unggul yang rusak, bahkan sebagian besar mati setelah terendam air lama. Hal ini terjadi akibat banjir yang melanda hamparan persawahan yang sering kali diguyur hujan deras dalam beberapa waktu terakhir.
Keadaan serupa juga melanda desa-desa sekitar yang sama-sama menanam padi unggul. Padi unggul, yang dikenal dengan batangnya yang pendek, terancam tenggelam karena genangan air di sawah yang tingginya mencapai setengah meter, bahkan lebih. Air di sawah lamban surut karena saat ini terjadi pasang besar, dan Kecamatan Kurau, yang terletak dekat pesisir laut, sangat dipengaruhi oleh kondisi ini. Beberapa desa di kawasan tersebut bahkan berada langsung di garis pantai.
Wardani, salah seorang petani di Desa Kurau, mengungkapkan bahwa kerusakan tanaman padi unggul tersebut telah dilaporkan ke Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (Distanhorbun) Tala. “Kami sudah melaporkan bahwa banyak tanaman yang lunglai akibat terendam terlalu lama. Genangan air di sawah susah surut karena kebetulan pasang besar,” ujarnya.
Tanaman padi di desanya baru ditanam sekitar sebulan lalu dan sudah sekali dipupuk. Dengan ketinggian rumpun sekitar 30 cm, padi unggul ini terendam di bawah genangan air yang tingginya hampir setinggi lutut orang dewasa. Akibatnya, banyak tanaman yang tenggelam. Wardani, yang juga ketua Kelompok Tani (Poktan) Barokah 2, menambahkan bahwa sebagian besar tanaman padi di kelompoknya, yang terdiri dari 24 anggota dengan total luas lahan sekitar 35-40 hektare, mengalami kerusakan. Kondisi yang sama juga dialami oleh hampir seluruh kelompok tani di desanya dan desa sekitarnya.
Meski curah hujan tinggi setiap bulan Desember, Wardani mengakui bahwa tahun ini intensitasnya lebih ekstrem dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. “Kami sudah terbiasa menanam padi unggul, dan meskipun musim hujan, tanaman kami biasanya masih selamat. Namun, sepertinya ini adalah siklus lima tahunan di mana curah hujan lebih tinggi dan menyebabkan sebagian tanaman padi kami tenggelam,” pungkasnya.