Untuk kesekian kalinya, wilayah Kecamatan Loksado, Hulu Sungai Selatan (HSS) diterjang banjir.
Pada Minggu (26/3), sekitar pukul 03.40 Wita, sebagian warga harus mengungsi ke tempat lebih tinggi, karena sungai Amandit di Loksado meluap.
Amli, warga Desa Loksado yang dihubungi BPost, menjelaskan, air naik secara perlahan, hingga menggenangi rumah penduduk sejak pukul 03.00.
Selain sempat merendam rumah penduduk, banjir juga merendam Pasar Loksado, dan dermaga bamboo rafting.
“Bahkan, kawasan penginapan Amandit Loksado Lestari juga terendam,” ungkap Amli.
Akibat banjir ini pula warga di dua RT di Desa Ulang, Loksado, terisolasi.
Warga di RT 03 dan RT 04 tak bisa keluar desa karena jembatan darurat hanyut di terjang arus air.
Camat Loksado Ahmad Busairi menjelaskan, sebelum dibangun jembatan darurat, jembatan gantung akses warga setempat sejak 2021 itu sudah hanyut diterjang banjir.
“Sekarang jembatan daruratnya juga terseret arus, sehingga sementara ini warga di dua RT tersebut terisolasi,” katanya.
Selain di Desa Uang, banjir juga memperparah kondisi longsor di jalur utama objek wisata Loksado arah Desa Malaris-Loklahung.
Separuh lebih badan jalan ambles, sehingga tak bisa dilewati kendaraan roda empat.
“Kalau untuk sepeda motor masih bisa,” kata Busairi.
Air yang melimpah tak hanya membuat wilayah hulu Pegunungan Meratus, terendam.
Sejumlah ruas jalan dan rumah penduduk di Kota Kandangan juga terdampak.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten HSS Kusairi, menjelaskan, ruas jalan di ibu kota kabupaten yang terendam, di antaranya Jalan Musyawarah, Jalan Padang Panjang, Kompleks Muara Banta, Jalan depan Kantor Dinas Pendidikan serta jalan Pahlawan.
Banjir juga merendam rumah penduduk di Kelurahan Kandangan Barat dan Loklua, Jalan DI Panjaitan, Baluti.
“Salah satu lansia sedang sakit di Baluti diungsikan ke rumah keluarga terdekat yang yang masih aman dari jangkauan air,” kata Kusairi.
Kusairi mengaku masih berada di lapangan bersama para relawan berbagai organisasi termasuk PMK/BPK HSS membantu mengevakasuasi warga menggunakan perahu karet.
Adapun warga terdampak banjir cukup parah di Muara Banta, Karangjawa,Pandai Kelurahan Kandangan Barat, Jambu Hilir, Lok Lua dan Baluti.
“Terparah di Muara Banta, kedalaman air mencapai 60 sentimeter,” kata Kusairi.
Petugas juga harus turun ke air yang deras saat Amrullah (9), bersama ayahnya, warga Pandai, Kelurahan Kandangan Barat, Kecamatan Kandangan, HSS tersangkut di atas pohon Lua.
Musibah terjadi saat keduanya hendak mengambil jemuran di dekat rumahnya, sekitar pukul 10.00 wita.
Beruntung, setelah tersangkut di atas pohon tersebut, sekitar setengah jam, keduanya berhasil dievakuasi tim relawan gabungan dari Rescue HSS, BPBD HSS, serta PMK dan BPK Kandangan.
“Keduanya berpegangan di dahan-dahan pohon Lua,” kata Sibli.
Sibli menjelaskan kedua korban terangkut berawal saat ayahnya hendak mengambil jemuran pakaian.
Saat itu halaman rumah dan jalan sudah terendam banjir.
Keduanya menggunakan perahu karet dari fiber buatan sendiri, menerobos banjir.
Namun perahunya pecah saat keduanya duduk di atas perahu.
Ayah dan anak itupun terseret ke pinggir sungai dekat rumah.
Beruntung mereka tersangkut ke pohon lua, pohon yang banyak berjejer di pinggir sungai Amandit.