Debu dan terik matahari seakan menjadi kawan bagi Sumriah di tengah padatnya arus lalu lintas.
Lebih kurang 18 tahun, petugas kebersihan Kota Banjarbaru ini mengeluarkan tenaga agar Kota Idaman tetap bersih.
Namun perempuan ini tidak pernah mengeluh dengan pekerjaanya. Baginya menjadi petugas kebersihan merupakan pekerjaan mulia, seperti bunyi hadist bahwa kebersihan sebagian dari pada iman.
Bermodalkan sapu lidi, pagi itu Sumriah mengumpulkan sampah di sepanjang Jalan Ahmad Yani Kilometer 32. Selesai menyapu, dia membersihkan drainase dari sampah agar tidak tersumbat. Hal itu dilakukannya agar saat hujan deras turun, air tidak mecet hingga menyebabkan jalan utama tergenang.
Melihat kegigihan petugas kebersihan bekerja hingga Banjarbaru meraih Adipura, tidak berlebihan kiranya orang seperti Sumriah disebut Pahlawan Lingkungan.
“Tahun 2005 mulai bekerja sampai sekarang. Gaji pertama Rp 325 pibu perbulan,” katanya.
Tidak menyerah dengan keadaan, Sumriah tetap melanjutkan pekerjaannya. Sebagian orang menilai, petugas kebersihan merupakan pekerjaan mudah. Namun siapa sangka, pekerjaan Sumriah sangat rentan kecelakaan lalu lintas. Hal itu sudah beberapa kali dialaminya.
“Beberapa kali pernah diserempet pengendara, tapi masih bersyukur karena tidak pernah cidera parah,” ujarnya.
Meski penghasilan minim, Sumriah tetap mengutamakan pendidikan anak. Perempuan paruh baya ini berhasil menyekolahkan anaknya, walau hanya lulus tingkat SMK. “Anak saya cuma satu dan sudah lulus,” ujarnya sambil membersihkan sampah di sisi trotoar.
Kendati demikian, Sumriah masih menyimpan kesedihan. Dia tidak bisa membiayai anaknya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
“Penghasilan satu bulan dicukup-cukupkan, sambil mencari pekerjaan sampingan supaya dapat uang tambahan,” ujarnya.