Karhutla Masih Ancam Sejumlah Wilayah di Tala, Begini Langkah Daops Manggala Agni

Kebakaran lahan dan hutan (karhutla) hingga kini masih mengancam sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan (Kalsel), termasuk di Kabupaten Tanahlaut (Tala).

Di Tala setidaknya ada beberapa kecamatan yang rawan karhutla yakni di lahan-lahan tidur yang diselubungi bondong (semak perdu) maupun purun. Berdasar data dihimpun, Senin (5/6/2023), Kecamatan Tambangulang, Batibato, Panyipatan, dan Jorong termasuk wilayah paling rentan.

Pasalnya di wilayah kecamatan tersebut cukup banyak lahan tidur yang terselubungi semak belukar. Sementara itu kondisinya cukup kering menyusul panas ekstrem sejak beberapa pekan terakhir. Pada Hari Minggu kemarin hujan mengguyur namun berintensitas rendah sehingga belum signifikan efeknya.

“Dalam dua minggu terakhir kejadian karhutla di Tala meningkat. Hal ini ditunjukkan meningkatnya titik panas. Beberapa kejadian di antaranya di Kecamatan Jorong, Panyipatan, Tambangulang, dan Batibati,” sebut Sufie Bhaskara, kepala Daops Manggala Agni Kalimantan VI/ Tala.

Kondisi beberapa pekan terakhir dikatakannya memang terjadi peningkatan titik panas di Tala dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari adanya karhutla sesuai hasil pemantauan pada aplikasi Sipongi KLHK.

“Totalnya 20 titik panas di Batibati, 28 di Jorong, 119 di Tambangulang, dan 145 di Panyipatan,” beber Sufie.

Menyikapi kondisi tersebut, Daops Manggala Agni Kalimantan VI/ Tala dikatakannya mengedepankan upaya pengendalian karhutla bersama para pihak terkait.

Pihaknya terus berupaya melakukan pengendalian karhutla di Tala untuk mengurangi dampak bahaya karhutla. Di antaranya melakukan pemadaman bersama Satgas Karhutla di Tala (BPBD, Polri, TNI, KPH, dan relawan).

Kemudian melakukan upaya deteksi dini melalui groundcheck hotspot, monitoring kerawanan karhutla dan patroli daerah rawan karhutla. Selain itu juga memperkuat koordinasi dengan pihak-pihak terkait.

Dalam upaya pengendalian karhutla diakuinya terdapat tantangan dan kesulitan. Contohnya lokasi yang sulit dijangkau, keterbatasan sumber daya pemadaman dan air, keterbatasan sarpras dan personel.

“Namun kita bersama-sama tidak mengenal waktu dalam melaksanakan tugas dan saling membagi tugas, mengingat kondisi Tala juga masuk ring 1 bandara,” jelas Sufie.

Perlu diketahui, Kabupaten Tanahlaut masuk dalam kabupaten ring 1 bandara sehingga pengendalian karhutla harus sinergi dan dilaksanakan semaksimal mungkin agar dampak asap tidak sampai mengganggu aktivitas masyarakat.

Sufie mengatakan kondisi sekarang masih awal kemarau sehingga semua pihak harus tetap waspada. Puncak kemarau diprediksi terjadi pada Agustus-September 2023 nanti.

“Hal itu harus disikapi secara baik dan kita akan terus bekerja bersama-sama dan berbagi tugas bersama para pihak agar dampak kejadian karhutla di Tanahlaut tidak meluas,” pungkas Sufie.