JAKARTA – Denny Indrayana saat menjadi Wamenkumham dikenal sering melakukan sidak ke berbagai Lembaga Pemsyarakatan (Lapas), salah satunya memunculkan kasus penamparan sipir oleh Pak Wamen. Meski rutin sidak, ternyata justru muncul kasus penyiksaan di lapas terhadap Rachel Dougall, narapidana warga Inggris yang ditahan di Lapas Kerobokan Bali.
Setelah bebas dari penjara, Rachel memaparkan kepada masyarakat luas melalui berbagai media di Inggris bahwa dia mengalami penyiksaan sadis saat ditahan di Lapas Kerobokan Bali. Pengakuan wanita Inggris yang dituduh terlibat penyelundupan kokain senilai 1,6 juta Poundsterling itu tentu saja mencoreng dunia hukum Indonesia.
Rachel mengaku harus meringkuk di atas tikar tipis yang melapis lantai. Dia dikurung berdesakan dalam satu sel bersama 14 narapidana wanita lainnya.
Wanita beranak satu itu bahkan pernah diserang oleh salah satu penghuni sel dan hanya bisa menutupi wajah dengan kedua tangan saat narapidana wanita itu menendangi tubuhnya.
Itu baru permulaan. Setelah itu Rachel masih menerima perlakuan kasar di dalam penjara yang dia sebut sebagai ‘Hotel K’ atau ‘Hotel Kerobokan’ yang disebutnya kotor dan jorok.
Rachel juga mengaku mengalami gangguan mental karena dikurung bersama pecandu narkoba, pengidap HIV, atau lesbian yang agresif. Dia menderita kudis dan mengaku hampir mati karena terserang pneumonia (radang paru) dan harus dirawat di rumah sakit.
Menanggapi kesaksian Rachel, Nasir Djamil, anggota Komisi III DPR yang juga Ketua DPP PKS, menyatakan prihatin karena hal itu mempermalukan Indonesia.
“Tentu saja kita terkejut dengan informasi tersebut. Karena Lapas itu adalah tempat para napi dibina, bukan dibinasakan,” ujar Nasir, Senin 29 Juli 2013.
Dia pun meminta Wamenkumham Denny Indrayana yang rutin sidak ke Lapas melihat kondisi Lapas Kerobokan.
“Saya sarankan Denny harus sering sidak ke Lapas Kerobokan Bali. Kalau perlu Denny pura-pura menyamar menjadi napi, sehingga bisa melihat secara langsung apakah pernyataan Rachel mengandung kebenaran,” kata Nasir Djamil.
Menurut Nasir, sejumlah Lapas di Indonesia masih terdapat perlakuan tidak manusiawi dari sesama napi yang mendapat pembiaraan dari petugas.
“Karenanya informasi Rachel akan dapat ditindaklanjuti jika ada rekaman dalam bentuk audio visual. Bisa jadi pengakuan Rachel hanya sebatas ingin memberitahu kepada masyarakat di dunia bahwa Lapas wanita Kerobokan masih bobrok,” tegasnya. (tls)