Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Kabupaten Tapin mencatat bahwa sebanyak 609 perawat telah terdaftar dalam Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). Namun, jumlah tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan tenaga perawat yang aktif di fasilitas pelayanan kesehatan, karena sebagian dari mereka telah beralih profesi menjadi pejabat atau memasuki masa purnabakti.
Ketua PPNI Kabupaten Tapin, Khaidir, AMK, SKM, yang juga menjabat sebagai Kasi/Subkoordinator P2PM Dinas Kesehatan Tapin, mengungkapkan bahwa jumlah perawat di daerah ini baru dapat dikatakan mencukupi apabila kebijakan “satu desa, satu perawat” telah terlaksana. Jika kebijakan tersebut belum terealisasi, artinya masih diperlukan tambahan tenaga perawat untuk memastikan pemerataan layanan kesehatan.
“Kami telah lama mengusulkan kebijakan penempatan satu perawat di setiap desa, dengan memanfaatkan dana desa. Namun, hingga kini usulan ini masih dalam tahap kajian oleh pihak terkait. Jika kebijakan ini dapat diwujudkan, tentunya akan sangat membantu dalam pemerataan pelayanan kesehatan di Kabupaten Tapin,” ungkap Khaidir.
Dari total 609 perawat yang terdaftar, mereka terdiri dari ASN dan non-ASN yang bekerja di berbagai sektor. Perawat-perawat ini tersebar di fasilitas kesehatan pemerintah, rumah sakit, puskesmas, klinik, hingga perusahaan swasta.
Meskipun memiliki akses yang cukup sulit, beberapa puskesmas di daerah terpencil, seperti Puskesmas Piani dan Puskesmas Margasari, tetap mendapatkan tenaga perawat yang cukup.
Dengan jumlah yang ada saat ini, sebagian besar perawat telah memberikan kontribusi signifikan dalam pelayanan kesehatan, baik di fasilitas milik pemerintah maupun swasta. Namun, untuk mencapai pemerataan layanan kesehatan, PPNI Kabupaten Tapin terus memperjuangkan agar kebijakan satu desa, satu perawat segera terwujud.
Kebanggaan dan Tantangan Menjadi Perawat di Puskesmas Tapin Utara
Fanny Silalahi, seorang perawat di Puskesmas Tapin Utara, berbagi cerita tentang suka duka menjalani profesinya.
Menjadi perawat merupakan kebanggaan tersendiri karena dapat membantu pasien untuk sembuh. Profesi ini juga mengharuskan perawat memiliki berbagai keterampilan, karena sering kali mereka menjalankan berbagai peran, mulai dari dokter, petugas laboratorium, penyuluh kesehatan, bidan, hingga koki dalam situasi tertentu.
Fanny merasa senang dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat melalui kegiatan kunjungan rumah. Perawat dikenal sebagai tenaga kesehatan multitalenta, yang tidak hanya memberikan imunisasi untuk balita, remaja, hingga lansia, tetapi juga berperan penting dalam menjaga kesehatan masyarakat.
Namun, di balik kebanggaan tersebut, ada tantangan yang harus dihadapi. Di rumah sakit, perawat sering diminta untuk melakukan berbagai hal oleh pasien, bahkan di luar tugas utamanya. Tak jarang, mereka juga menjadi sasaran kemarahan pasien atau keluarga pasien. Dalam pelayanan kesehatan, perawat sering disalahkan atas berbagai keluhan, meskipun bukan sepenuhnya menjadi tanggung jawab mereka.